Minggu, 19 Januari 2014

Manajemen Sumber Daya Manusia



INTEGRASI DAN MOTIVASI KERJA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia

Description: F:\logo3.jpg

Oleh :
Erwiza (11216200108)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU PEKANBARU
2014



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, bimbingan dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Integrasi dan Motivasi Kerja.”
Di dalam makalah ini membahas mengenai Pengertian Integrasi, pengertian motivasi dan teori motivasi, karena dalam perusahaan integritas dan motivasi sangan penting sekali dalam pengembangan bagi karyawan. yang akan di bahas lebih lanjut dalam Ban Pembahasan.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Dicki Hartanto serta teman-teman kelas III C yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.




Pekanbaru,  15 Januari 20014

                                                                                                                                               
                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................        i
DAFTAR ISI.....................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................        1
1.1  Latar Belakang..................................................................................        1
1.2  Rumusan Masalah.............................................................................        2
1.3  Tujuan...............................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................        3
2.1  Pentingnya Pengintegrasian..............................................................        3
2.2  Pengrtian Pengintegrasian.................................................................        4
2.3  Tujuan Pengintegrasian.....................................................................        4
2.4  Prinsip Pengintegrasian.....................................................................        5
2.5  Hubungan Antarmanusia..................................................................        5
2.6  Pengertian Motivasi..........................................................................        6
2.7  Teori Motivasi...................................................................................        7
2.8  Hubungan Motivasi dengan Kepemimpinan.....................................        13
2.9  Pengertian kepemimpinan.................................................................        14
2.10 Pemimpin dan teori kepemimpinan.................................................        14
2.11 Gaya Kepemimpinan.......................................................................        15
BAB III. PENUTUP.........................................................................................        17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................        17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................        18

 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Tetapi banyak penduduk negara Indonesia yang penganguran. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tenaga kerja tetapi kekurangan lapangan kerja.
Pada zaman modern sekarang ini sumber daya manusia (SDM) harus mampu menyikapi perubahan dan persaingan yang setiap saat terjadi baik dari segi kemampuan (skil) dan sikap (attitude) karena kebanyakan SDM sekarang ini kurang pembinaan dan pengembangan. Sehingga banyak karyawan yang tidak bisa menyatukan antara keinginan karyawan dan keinginan perusahaan. Hal yang harus dibenahi adalah Integritas dan disiplin sehingga bisa menyatukan pendapat karyawan dan perusahaan. Karena, Integritas sangat penting bagi SDM agar kwalitasnya meningkat dan terjaga.
Meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah hal yang sangat penting karena salah satu faktor keberhasilan perusahaan adalah kualitas dari karyawannya. Untuk meningkatkan semangat kerja dari karyawan adalah motivasi yang diberikan sehingga karyawan yang tidak semangat bekerja dengan adanya pemberian motivasi, karyawan akan semangat dan bekerja sesuai lebih baik lagi.
Misalnya seorang pegawai agar prestasi seorang pegawai mengalami peningkatan maka terlebih dahulu harus meningkatkan disiplin diri karena merupakan salah satu kriteria untuk menjadi sukses karena arti disiplin itu sendiri melakukan sesuatu hal secara teratur dan konsisten untuk mencapai tujuan. Dan yang kedua adalah meningkatkan integritas diri karena integritas bukanlah apa yang dilakukan melainkan lebih kepada siapa diri sebenarnya pada akhirnya akan menetapkan apa yang dilakukan. Integritas membantu seseorang mengambil keputusan antara apa yang ingin dilakukan dan apa yang harus dilakukan. Integritas menetapkan siapa dirinya dan bagaimana orang tersebut akan memberikan tanggapan bahkan sebelum konflik muncul. Dengan kata lain lebih ditekankan kepada profesionalisme SDM.
Dalam peningkatan sumber daya manusia tidak bisa dilepaskan dari kemauan, integritas, disiplin untuk itu Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan karyawan merupakan konsep kualitatif yang mendukung berkembangnya kemampuan SDM. Perusahaan dapat mempertahankan karyawan yang berkinerja bagus dan memudahkan karyawan yang performansinya biasa-biasa saja untuk memperbaiki diri sendiri. Di samping itu, usaha mempertahankan karyawan dapat dilakukan melalui rewarding systems, job security, pengembangan pelatihan dan karir, pemberdayaan dan memupuk sense of belonging.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukan dalam latar belakang masalah, maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
a.       Pentingnya Pengintegrasian
b.      Hubungan antaramanusia
c.       Pengertian dan teori motivasi
d.      Pemimpin dan kepemimpinan

1.3    Tujuan
a.       Menambah pengetahuan tentang integrasi
b.      Mengetahui teori motivasi
c.       Mengetahui pemimpin dan kepemimpinan
d.      Mengetahui apa pentingnya Pengintegrasian




BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pentingnya Pengintegrasian
Pengintegrasian (Integration) ialah fungsi operasional manajemen personalia yang terpenting, sulit, dan kompleks untuk merealisasikannya. Hal ini disebebkan karena karyawan/manusia bersifat dinamis dan mempunyai pikiran, perasaan, harga diri, sifat, serta membawa latar belakang, perilaku, keinginan, dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam organisasi perusahaan.
Kariyawan tidak bisa dilakukan seenaknya seperti mengunakan faktor produksi lainnya (mesin, modal, atau bahan baku). Karyawan juga harus selalu diikutserta  dalam setiap kegiatan serta memberi peran aktif untuk menggunakan alat-alat yang ada. Karena tampa peran aktif karyawan, alat-alat cangih yang dimiliki tidaka da artinya bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya. Tujuan perusahan hanya dapat dicapai jika para karyawan bergairah bekerja, mengarahkan kemampuannta dalam menyelesaikan pekerjaan, serta berkeinginan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. Jika kariyawan kurang berprestasi maka sulit bagi organisasi perusahaan dapat memperoleh hasil yang baik.
Untuk memperoleh sikap dan prilaku yang karyawan kepada yang diinginkan, manajer harus mempengaruhi kebutuhan fisik dan rohaninya. Jadi, manajer harus berusaha memberi balas jasa yang adil dan layak, serta memperlakukan karyawan dengan baik selayaknya manusia.[1]
Masalah pengintegrasian adalah menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan, agar terciptanya kerjasama yangserasi serta saling menguntungkan.


2.2  Pengertian Pengintegrasian
Pengintegrasian adalah kegiatan menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan, agar tercipta kerja sama yang memberi kepuasan.[2]
Integritas (Integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini. Dengan kata lain, “satunya kata dengan perbuatan”. Mengkomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur dan langsung sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain.
Integritas (menurut kamus kompetensi) adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan kode etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
Integritas adalah konsep konsisten tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran atau akurasi dari itu tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari kemunafikan, dalam bahwa hal konsistensi internal sebagai kebajikan, dan menunjukkan bahwa ternyata pihak yang memiliki nilai-nilai yang bersengketa harus menjelaskan perbedaan itu atau mengubah kepercayaan mereka.
Integritas adalah fondasi yang diperlukan sistem apapun berdasarkan supremasi hukum dan objektivitas dan merupakan salah satu yang paling penting dan sering mengutip istilah kebajikan.[3]

2.3  Tujuan Pengintegrasi
Tujuan pengintegrasian adalah memanfaatkan karyawan agar mereka bersedia bekerja keras dan berpartisipasi aktif dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi serta terpenuhinya kebutuhan karyawan.[4] Dengan tercapainya tujuan dari organisasi, perusahan akan mendapat laba yang besar dan terpenuhinya kebutuhan karyawan dalam perusahan itu maka loyalitas karyawan akan tercipta. Semua perusahan ingin mendapatkan laba sebesar-besarnya, sehingga adanya kerjasama antara karyawan dan perusahaan.[5]

2.4  Prinsip pengintegrasian
Prinsip pengintegrasian adalah menciptakan kerja sama yang baik dan saling menguntungkan.[6] Jadi dalam prinsip ini perusahan dan karyawannya dituntut berusaha agar bagaimana kerja sama yang baik harus benar-benar ada dalam organisasi, dan dalam prinsip ini perusahan dan karyawannya akan saling menguntungkan.[7]
Metode pengintegrasian
a.       Hubungan antar manusia (Human Relations)
b.      Motivasi (Motivation)
c.       Kepemimpinan (Leadership)
d.      Kesepakatan kerja bersama (KKB)
e.       Collective Bargaining

2.5  Hubungan Antarmanusia
Hubungan antara manusia  (Human Relation) adalah kemanusiaan yang harmonis,tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan Individu demi terpadunya kepentingan bersama. Tujuannaya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kukuh, mendorong kerja sama yang produktif  dan kreatif  untuk mencapai sasaran bersama. Manajer dalam menciptakan hubungan antar manusia yang harmonis  memerlukan kecakapan dan keterampilan tentang komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi, da etologi, sehingga dia memahami serta dapat mengatasi masalah-masalah dalam hubungan kemanusiaan.[8]
2.6  Pengertian Motivasi
Menurut pendapat para ahli motivasi adalah sebagai berikut :
A.    Robbins, S. (2001)
Motivasi adalah proses yang memperhitungkan intensity (intensitas), direction (arahan), dan persistence (kegigihan) dalam upaya, erai tujuan. Pengertian tersebut mempunyai 3 elemen utama, yaitu :
a.       Intensity, yaitu seberapa keras seorang berusaha
b.      Direction, yaitu terkait dengan penyaluran upaya.
c.       Persistence, yaitu seberapa lama seseorang akan bertahan dalam upaya yang dilakukannya.[9]
B.     Store J.A., R.E. Freeman dan D.R. Gilbert Jr. (1995)
Mendedinisikan motivasi sebagai faktor yang mempengarhi, dan memelihara perilaku individu.
C.     Schermerhorn, J.R. (1996)
Mendefinisikan motivasi sebagai suatu kekuatan dari dalam individu yang mempengaruhi tingkatan, arahan dan persistensi dalam menunjukan upaya pekerjaan.[10]
D.    Edwin B Flippo
Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.
E.     American Encyclopedia
Motivasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang yang membangkit topangan dan mengarah tindak-tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.[11]
F.      Merle J. Maskowits
Motivasi didefinisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.[12]
G.    Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam Machony (1854 : 109).
Mendefinisakan motivasi sebagai all those inner striving conditions variously described as wishes, desires, needs, drives, and the like.  Motivasi dapat diartikan sebgai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan, dan mengarah atau menyalurkan prilaku kearah mencapaikan kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.[13]
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau mengerakan. Motivasi dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama dengan produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.[14]
Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para manajer memehami sikap kerja pegawai masing-masing.[15]
2.7  Teori Motivasi
Pada tahun 1950-an, teori motivasi mulai dikembangkan, antara lain teori motivasi adalah :
1.      Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow (1954) mengemukakan bahwa kebutuhan individu dapat disusun dalam suatu hierarki. Hierarki kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat sampai kebutuhan tersebut terpuaskan. [16]
a.       Physiological (fisiologis)
Kebutuhan fisiologis sering kali disebut sebagai kebutuhan dasar. Kebutuhan fisiologis antara lain meliputi sandang, papan, kebutuhan biologis lainnya.
b.      Safety (rasa aman)
Kebutuhan rasa aman antara lain meliputi keamanan dan perlindungan dari gangguan, baik gangguan yang bersifat fisik maupun emosional.
c.       Social (sosial)
Kebutuhan sosial antara lain meliputi cinta kasih, rasa memiliki, penerimaan sosial dan perkawanan.
d.      Esteem (Penghargaan)
Terbagi atas dua jenis yaitu internal esteem, faktornya adalah menghargai diri sendiri dan otonomi. Jenis kedua yaitu external esteem, faktornya adalah kebutuhan penghargaan yang diberikan pihak eksternal kepada seseorang antara lain berupa status, pengakuan, dan perhatian.
e.       Self-actualization (aktualisasi diri)
Merupakan dorongan pada diri sendiri untuk menjad orang yang memiliki kemampuan  andal, yaitu antara lain terkait dengan kebutuhan untuk berkembang, pencapain potensi diri maupun pemenuhan keinginan dari diri sendiri. [17]
Kebaikan dan kelemahan Maslow atau hierarki kebutuhan antara lain adalah sebagai berikut :
Kebaikannya :
a.       Manajer mengetahui bahwa seseorang berprilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhannya, materil dan non materil yang akan memberi kepuasan kepadanya.
b.      Kebutuhan manusia berjenjang sesuia dengan kedudukan atau sosial ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah cenderung dimotivasi oleh materil, sedang orang yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmateril.
c.       Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.
Kelemahannya :
a.       Kebutuhan manusia menurut teori ini adalah berjenjang, tetapi dalam kenyataannya manusia menginginkan tercapai sekaligus dan dan kebutuhan manusia ini merupakan siklus, seperti lapar-makan-lapar lagi-makan dan seterusnya.
b.      Walaupun teori ini terpopuler, tetapi belum pernah dicoba kebenarannya karena Maslow mengambarkannya hanya atas dasar pengamatannya saja.[18]
2.      Teori Murray
Teori kebutuhan menurut Murray (1938) beransumsi bahwa manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang memotivasinya untuk berbuat. Kebutuhan manusia menurut Murray antara lain :
a.       Pencapaian hasil kerja
b.      Afiliasi
c.       Agresi
d.      Otonomi
e.       Pamer
f.       Kata hati
g.      Memelihara hubungan baik
h.      Memerintah
i.        Kekuatan
j.        Pengertian
3.      Teori Alderfer
Menurut teori Alderfer (1972) disebut bahwa manusia memiliki kebutuhan yang disingkat dengan ERG (Existence, Relatedness, Growth). Manusia menurut Aldefer pada hakikatnya ingin dihargai dan diakui kebenarannya, ingin diundang dan dilibatkan. Di samping itu, manusia sebagai makhluk sosial ingin berhubungan atau bergaul dengan manusia lainnya, manusia juga ingin selalu meningkat taraf hidupnya menuju kesempatan (ingin selalu berkembang).[19]
Teori ini diperkenalkan oleh Clayton Alderfer. Pada  dasarnya Alderfer setuju dengan Maslow bahwa kebutuhan manusia atau individu yang mendorong sesesorang untuk termotivasi dalam melakukan sesuatu bersifat hierarki atau memiliki tingkatan.[20] Salah satu perbedaan antara teori ERG dan teori Maslow dalam Hierarki. Kalau teori Maslow hierarki bersifat rigid (kaku), sedangkat teori ERG tidak.[21]
4.      Teori dua faktor dari Herzberg
Teori ini dikembangkan oleh Herzberg bersama dengan Mausner dan Snyderman. Mereka melakukan penelitian bertanya pada subjek penelitian tentang waktu itu merasa paling puas terhadap pekerjaannya. Kemudian mencari sebab-sebab mereka merasa puas. Faktor kesehatan (ekstrinsik) merupakan faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakpuasan.[22]
Teori ini dibangun berdasarkan penelitian empirisnya terhadap 200 orang insinyur dan akuntan sekitar tahun 1950-an. Hasil penelitian menunjukan bahwa seseorang cenderung akan termotivasi atau tidak didorong oleh dua jenis, yaitu faktor yang mendorong terhadap kepuasan dan ketidak puasan terhadap pekerjaan.[23]
Cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah dengan memasukan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam pekerjaan mereka.[24]
5.      Teori X dan tori Y. Mc. Gregor
Douglas Mc. Gregor adalah seorang psikologi sosial Amerika yang memimpin suatu varietas proyek riset  dalam hal motivasi dan tingkah laku umum dari para anggota organisasi. Douglas Mc. Gregor terkenal dengan teori X dan teori Y dalam bukunya The Human  Side of Enterprisei.
Teori X
Menurut teori X untuk memotivasi karyawan harus dilakukan dengan cara pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung kepada motivasi negatif yakni dengan menunjukan hukum yang keras. Tipe kepemimpinannya adalah berorientasi pada prestasi kerja.[25]
Teori Y
Menurut teori Y untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan cara peningkata prestasi karyawan, kerjasama, dan keterikata pada keputusan. Douglas Mc. Gregor memandang suatu organisasi efektif sebagai organisasi apabila mengantikan pengawasan dan pengarahan dengan integrasi dan kerjasama serta karyawan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.[26]
Manusia tipe X adalah orang yang malas dan atau bekerja pasif, senang menghindari tanggung jawab dan tidak mempunyai kemampuan untuk  mandiri.
Douglas Mc. Gregor beransumsi bahwa ada perbedaan antara Manusia tipe X dan tipe Y. Manusia tipe X adalah orang yang malas dan atau bekerja pasif, senang menghindari tanggung jawab dan tidak mempunyai kemampuan untuk  mandiri. Manusia tipe Y adalah manusia yang rajin belajar atau bekerja, bertanggung jawab, dan mampu mengandalkan dirinya sendiri untuk mencapai tujuan.[27]
6.      Teori Ekspektasi dari Lewis dan Vroom
Dalam suatu organisasi, setiap individu memiliki harapan usaha kinerja. Harapan tersebut menunjukan persepsi individu mengenai sulitnya mencapai prilaku tertentu.[28] Teori ini dikembangkan oleh Lewis dan diterapkan oleh Vroom secara khusus dalam praktik memotivasi.[29] Menurut Vroom kecenderungan tindakan dipengaruhi oleh kecenderungan kuat lemahya harapan. Selanjutnya tindakan akan diikuti oleh pencapaian hasil.
Vroom mendasarkan teorinya apada tiga konsep, yaitu :
a.       Harapa (expectancy)
b.      Nilai (valance)
c.       Pertautan (anatrumenrality).[30]
7.      Teori McClelland
Selain Maslow dan Alderfer, diantara pemikiran lain yang memperkenalkan teori kebutuhan adalah W. Atkinson. Ia mengatakan terdapat 3 jenis kebutuhan manusia yang mendorong seseorang untuk termotivasi dalam berprilaku dan melakukan sesutu. [31]Jenis kebutuhan sebagai berikut :
a.       Kebutuhan untuk berprestasi
b.      Kebutuhna untuk berafiliasi
c.       Kebutuhan akan kekuasan.[32]
Apabila kebutuhan individu sangat mendesak, kebutuhan tersebut akan memotivasi individu yang bersangkutan untuk berusaha keras memenuhi kebutuhannya.[33]
8.      Teori Pengukuhan (Reinforcement theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebeb akibat dari prilaku dan pemberian kompetensi. Minsalnya, promosi tergantung atas prestasi oleh yang selalu dapat dipertahankan. Bonus kelompok tergantung pada tingkat produksi kelompok. Teori pengukuhan terdiri dari dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a.       Pengukuhan negatif
b.      Pengukuhan positif. [34]
Teori ini memandang bahwa tingkah laku merupakan suatu konsekuensi dari lingkungan. Prosesnya dapat dilakukan di antaranya melalui pengongdisian lingkungan sehingga mendorong pembentukan prilaku.[35] Penguatan merupakan prinsip yang sangat penting. Tampa penguat tidak akan terjadi momodifikasi perilaku. [36]
2.8  Hubungan Motivasi dengan Kepemimpinan
Sekirannya manejer telah memahami bahwa setiap pegawai atau individu di dalam organisasi memiliki berbagai motif yang mendorong prilaku dan tindakan mereka.[37] Fungsi kepemimpinan pada dasarnya adalah tindak lanjut dari pemahaman para manager terhadap keragaman karakter motif dan prilaku para pegawai dalam organisasi. Semestinya para manajer mengarahkan dan memotivasi para pegawai menjadi esensi pokok dari kepemimpinan. Kepemimpinan sendiri merupakan bagian dari fungsi pengarahan manajemen. Fungsi pengarahan dalam manajemen ingin direalisasikan, maka kepemimpinan menjadi salah satu kunci pokok yang harus dipahami. Faktor kepemimpinan atau faktor pengarahan sebagai salah satu fungsi manajemen setelah fungsi perencanaan dan pengorganisasian.[38]

2.9  Pengertian Kepemimpinan
Menurut pendapat para ahli kepemimpinan adalah :
a.       J.A., R.E. Freeman, dan Gilbert (1995)
Kepemimpinan adalah proses dalam pengarahan dan mempengaruhi anggota kelompok untuk menjalankan tugas.
b.      Griffin (2004)
Pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain tampa harus mengandalkan kekerasan. Sedangkan pemimpin adalah orang yang menjalankan kepemimpinan.[39]

2.10  Pemimpin dan Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal.
Pelaksanaan kepemimpinan cenderung menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Hal ini semua akan diperoleh karena kecakapan , kemampuan, dan prilaku.[40]
Head, adalah seseorang pemimpin yang dalam melaksanakan kepemimpinannya hanya atas kekuasaan yang dimilikinya.pemimpin menganggap dirinyalah yang paling kuasa, paling cakap, sedangkan bawahan diangap hanya pelaksana keputusan-keputusan saja.
seseorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya.
a.       Ing Ngarsa Sung Tuladha
Artinya seorang pemimpin haruslah mampu lewat sifat dan perbuatan menjadi dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinya.
b.      Ing Madya Mangun Karsa
Artinya seorang oemimpin harus mampu membangkitkan semangat bersuakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
c.       Tut Wuri Handayani
Artinya seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yag diasuhnya  berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Kepemimpinan bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja, dan produktifitas kerja karyawan yang tinggi, agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal.[41]
2.11     Gaya Kepemimpinan menurut Drs.Malayu Hasibuan, yaitu :
a.       Kepemimpinan Otoriter
Adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Falsafah pemimpin ialah ”bawahan adalah untuk pimpinan atau atasan”.
Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan. Pimpinan menganut sistem manajemen tertutup (closed management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada bawahannya. Pengkaderan kurang mendapat perhatiannya.
b.      Kepemimpinan Partisipatif
Adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Falsafah pemimpin ialah ”pimpinan (dia) adalah untuk bawahan”.
c.          Kepemimpinan Delegatif
Pada prinsipnya pemimpin bersikap, menyerahkan dan mengatakan kepada bawahan ”Inilah pekerjaan yang harus saudara kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik”. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan.[42]





BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Pengintergarsian memanglah merupakan satu hal penting dari sekian banyak hal penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan. dimana dalam pengintgresian pasti terjadinya proses saling membutukan, saling memuaskan, saling menguntukan.
Dengan prinsip, tujuan dan metode-metode yang ada dalam pengintegrasian karyawan akan memberikan yang terbaik bagi perusahannya. Karyawan akan bekerja dengan secara akibat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor motivasi dari perusahaan. lain kata perusahan memberikan dorongan agar supaya karyawannya mau bekerja secara loyal untuk mencapai tujuan-tujuan perusahan
Di samping itu umpan balik dilakukan oleh perusahan terhadap karyawanya dengan cara pemenuhan kebutuhan bagi karyawan. Jadi kebutuhan karyawan terpenuhi dan tujuan – tujuan perusahaan tercapai akan menimbulkan dapmpak saling menguntukan antara perusahan dengan karyawannya.

3.2  Saran
Seharusnya semua kita harus mengetahui apa sebenarnya pengintegrasian. Dan setiap perusahaan lebih baik selalu memberikan motivasi kepada karyawan agar karyawan semangat dalam bekerja sehingga terjalinnya hubungan yang baik antara perusahaan dan karyawan.




DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu S.P, Edisi Revisi, Managemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta
Siswanto, H. B. M.Si., 2005, Pengantar Manajemen, PT Bumi Aksara, Jakarta
Sule, Ernie Tisnawati, Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen, Prenada Media Group, Jakarta
Usman, Husaini, M.Pd.,M.T, 2013, Manajemen, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Wijayanto, Dian, Spi, MM, MSE, 2012  Pengantar Manajemen, Gramedia Building, Jakarta
http://mamanroestaman.blogspot.com/2013/01/makalah-pengintegrasian-sdm.html





[1] Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Bumi Aksara, Edisi Revisi, hal., 135
[2] Ibid., hal. 136
[3] http://mamanroestaman.blogspot.com/2013/01/makalah-pengintegrasian-sdm.html
[4] Log.Cit., Malayu S.P. Hasibuan, hal. 136
[5] Pendapat penulis
[6] Log.Cit., Malayu S.P. Hasibuan, hal. 136
[7] Pendapat penulis
[8] Op.Cit., Malayu S.P. Hasibuan, hal. 137
[9] Dian Wijayanto, Spi, MM, MSE,  Pengantar Manajemen,  Jakarta : Gramedia Building, 2012, hal. 147
[10] Ibid., hal. 148
[11] Op.Cit., Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, hal.,143
[12] Ibid., hal., 144
[13] Dr. H. B. Siswanto, M.Si., Pengantar Manajemen, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005, hal., 119
[14] Op.Cit., Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, hal., 141
[15] Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd.,M.T, Manajemen, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2013, hal., 274
[16]Op. Cit., Dr. H. B. Siswanto, M.Si.,hal. 128
[17] Op,Cit., Dian Wijayanto, Spi, MM, MSE,  hal., 149
[18] Op.Cit., Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, hal.,157
[19] Op. Cit., Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd.,M.T, hal.,286
[20] Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta : Prenada Media Group, 2005, hal., 242
[21] Op,Cit., Dian Wijayanto, Spi, MM, MSE,  hal.,153
[22] Loc. Cit., Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd.,M.T, hal. 286
[23] Op. Cit., Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, hal., 245
[24] Op.Cit., Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, hal. 158
[25]Ibid., hal., 160
[26] Ibid., hal. 161
[27] Op. Cit., Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd.,M.T, hal. 288
[28] Op. Cit., Dr. H. B. Siswanto, M.Si.,hal.131
[29] Loc. Cit., Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd.,M.T, hal. 288
[30] Op.Cit., Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, hal. 166
[31] Op. Cit., Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, hal.,244
[32] Op,Cit., Dian Wijayanto, Spi, MM, MSE,  hal.,153
[33] Op. Cit., Dr. H. B. Siswanto, M.Si.,hal 130
[34] Op.Cit., Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, hal. 167
[35] Op,Cit., Dian Wijayanto, Spi, MM, MSE,  hal.,156
[36] Op. Cit., Dr. H. B. Siswanto, M.Si.,hal. 132
[37]  Op. Cit., Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, hal.,254
[38] Ibid., hal. 255
[39] Op,Cit., Dian Wijayanto, Spi, MM, MSE,  hal.,165
[40] Op.Cit., Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, hal. 169
[41] Ibid., hal. 170
[42] Ibid., hal 172

Tidak ada komentar:

Posting Komentar